08.05
Dampak Buruk Makanan Haram
Oleh: Badrul Tamam Dan Syariff Kanaya Haq
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat
dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan
para sahabatnya.
Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya
untuk memakan yang halal dari makanan sebelum memerintahkan mereka untuk
mengerjakan amal shalih. Karena makanan yang dikonsumsi seseorang
memberi pengaruh yang kuat dalam amal-amal yang dikerjakannya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah
amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. Al-Mukminun: 51)
Ibnu Katsir berkata, “Allah
Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya dari para Rasul ‘Alaihimus Shalatu
Wassalam Ajma’in untuk makan yang halal dan menjalankan amal shalih. Ini
menunjukkan bahwa makanan halal membantu untuk beramal shalih. Lalu
para nabi menjalankan perintah ini dengan sempurna.
Sebagian
ulama berkata: Setiap apa yang Allah Ta’ala halalkan maka pasti ia baik
dan bermanfaat untuk fisik dan agama seseorang. Sebaliknya, setiap apa
yang Allah haramkan maka itu buruk dan berbahaya terhadap fisik dan
agamanya.” (Dinukil Ibnu Katsir dalam tafsirnya)
Sesuatu yang
haram hanya akan mendatangkan keburukan walaupun ia menarik dan banyak
orang terpukau kepadanya. Sesungguhnya nilai baik itu ditentukan oleh
syariat, bukan dengan akan semata.
Dampak Buruk Makanan Haram
Di antara dampak buruk yang diakibatkan dari makanan yang haram adalah:
Pertama: makanan haram akan merusak hati. Apa yang dikonsumsi seseorang
ke dalam perutnya memiliki hubungan sangat erat dengan qalbunya; sehat
dan rusaknya. Karenanya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
“Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara
keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak
diketahui oleh orang banyak.” Kemudian sesudah itu beliau bersabda,
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam diri ini terdapat segumpal daging,
jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka
buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati.” (Muttafaq
‘Alaih)
Al-Munawi berkata: “Rasulullah menyabdakan ini sesudah
sabda beliau ‘perkara halal itu jelas’, sebagai peringatan bahwa makanan
halal akan menyinari dan memperbaiki hati, sedangkan makanan syubuhat
akan membuat hati keras.”
Maka orang-orang yang biasa
mengonsumsi makanan haram hatinya akan menjadi keras dan kasar. Karena
Allah mencabut rasa iba, lemah lembut, dan penyayang dari hati mereka.
Sehingga mereka tidak merasa kasihan kepada orang fakir dan tidak
terketuk hatinya membantu orang-orang yang kesusahan.
Kedua:
Doa tidak dikabulkan. Karena makanan haram menghalangi terkabulnya doa
dan diijabahi permohonan. Dalilnya, hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallam yang menyebutkan seorang laki-laki yang telah menempuh
perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Orang itu
mengangkat tangannya ke langit seraya berdo'a: ‘Wahai Tuhanku, wahai
Tuhanku.’ Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari
yang haram, pakaiannya dari yang haram dan dikenyangkan dari yang haram,
maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do'anya?” (HR. Muslim)
Umar bin al-Khathab berkata, “Dengan menjauhi apa yang Allah haramkan dan bertasbih maka akan dikabulkan doa.”
Ibnu Rajab berkata, “Makanan, minuman, dan pakaian yang haram serta
mengenyangkan diri dengannya menjadi sebab tidak dikabulkannya doa.”
Ketiga: Merusak amal-amal shalih. Akibatnya, makanan yang haram menyebabkan amal-amal ibadah tidak diberi pahala.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Shalat tidak
diterima tanpa bersuci & tidak pula shaqadah yang dari kecurangan
akan diterima.” (HR. Muslim)
Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu
berkata, “Allah tidak akan menerima shalat seseorang yang di dalam
lambungnya terdapat makanan haram.”
Ibnu Daqiq berkata dalam
syarah hadits Muslim di atas, " . . . Dan bahwa makanan lezat yang tidak
mubah akan menjadi bencana atas pemakannya serta amalnya tidak diterima
oleh Allah.”
Wahab bin al-Warad berkata, “Jikalau kamu
menjalankan ibadah selama pasukan ini pergi maka sedikitpun tak
bermanfaat untukmu sehingga engkau lihat apa yang masuk ke dalam
perutmu; halal ataukah haram itu?”
Keempat: merasa hina dan
rendah. Mengonsumsi makanan haram akan merasa hina dan rendah diri
karena dia hidup di atas kezaliman terhadap orang lain, memakan harta
mereka dan merampas hak-hak mereka. Sehingga hatinya merasa hina dan
jiwanya merasa rendah. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
“Dan dosa adalah sesuatu yang membuat goncang hatimu dan engkau tidak suka orang-orang mengetahuinya.” (HR. Muslim)
Kelima: Menyebabkan keturunannya rusak. Yakni makanan haram yang
dikonsumsi seseorang untuk dirinya dan keluarganya akan menyebabkan
keturunannya menjadi rusak agama dan akhlaknya. Allah tidak menjaga
mereka sebagai hukuman atas perbuatan orang tua yang mengambil yang
haram. Karena anak yang shalih, baik, dan nurut menjadi pembahagia dan
permata untuk orang tuanya. Allah cabut kebahagiaan ini dari hidupnya.
Sebaliknya, siapa yang mencukupkan diri dengan yang halal maka Allah
akan menjaga dan memberkahi keturunannya. Ibnu al-Munkadir berkata,
“Sesungguhnya Allah akan senantiasa menjaga anak dan cucu orang shalih
serta orang-orang disekitarnya dengan sebab dirinya. mereka senantiasa
mendapat perlindungan dan pengamanan dari Allah.”Wallahu Ta’ala A’lam.